Demi nafas yang tak berhaluan
Atas kesaksian lautan yang melebar
Dan daratan yang diretakkan.
Kuhamparkan goresan-goresan pena
menjadi deskripsi “Sang Pengusik”
yang getarkan elemen-elemen alam
dalam getar varian.
Demi kuatnya kejujuran
Atas terhormatnya Sang Pencipta alam
Kuhaturkan kagum padamu
yang menjadi atmosfer dengan tertutupnya auratmu
yang rela menjadi lampu pijar dengan segala ilmu yang kau amalkan selalu
yang tersenyum atas respirasi ummat dengan keluhuran budi segala sifatmu
dan laku yang begitu primer,
yang dapat menjadi sekunder,
yang kebanyakan dianggap tersier.
Kau yang selalu bangkit melalui lembut tuturmu
Pijakan yang kuat atas tali keyakinan pada Rabb-mu
Kualitas amal yang jauh menjulang melebihi kuantitas jenismu.
Kau kunci peradaban, Sayang.
Penutur kajian yang mengalun dengan hamasah yang bekobar,
Serta sumber kearifan yang diidamkan
atas merekahnya realiata zaman yang selalu penuh kemelut
dan tak kunjung berkesudahan.
Kau begitu beruntung, Cantik.
Kau begitu hebat,
Hingga kau bisa usik perasaan bidadari
Sampai cemburu berat.
By : Annisa Nur Azizah
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSyukron..
BalasHapus