I
Kerikil-kerikil menatap lekat
Pak Ontel
dengan kopiah,
sarung,
kitab-kitab,
teduh tawaddu dan ikhlas
Mengayuh lembut sepeda setia
Dari jauh
Angin kabarkan Ashar segera tiba
Pak Ontel buru-buru
Batuknya berulang
Sampai di madrasah
II
Anak-anak berebut
Memegang dan menghormat
tangan setengah keriput yang turun dari
ontel tua yang renta
Batuknya berulang
Sampai hendak ia jadi Imam
III
Gadis kecil berjubah mengendus
Menatap kesal nasib yang malang
Pak Onterl tersenyum,
“Berdo’alah, aku pun mendo’akanmu ”
Batuknya berulang
Sampai sisa mentari habis tenggelam
IV
Wanita lembut tersenyum
Sampai di tepian mimpi
Yang bertahun
Hingga wanginya merebak :
Aroma syurga
Lumut merayap habis madrasah,
menggigit lapis-lapis zaman yang lekang
Do’a yang ijabah
Ikhtiar yang kuat
Tawakkal yang hebat
Masih dengan jubah
Sang Wanita menatap
Dengan kristal yang berhormat
pada permata
Riak-riak sambut senyum terpa rasa bahagia,
“Ini untuk Pak Ontel”
Kertas yang teramat berhaga
Dari Diplomat,
gadis kecil yang mengendus kesal
Batuk itu berulang,
Dengan keriput yang basah
teriring puji yang Maha KuasaBy : Annisa Nur Azizah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar